Rabu, 13 April 2011

Etika yang Bermuatan Politik

Etika punya arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut pandang pengguna yang berbeda dari istilah itu. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas. Moralitas adalah hal-hal yang menyangkut moral, dan moral adalah sistem tentang motivasi, perilaku dan perbuatan manusia yang dianggap baik atau buruk. Franz Magnis Suseno menyebut etika sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang amat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak ? Peter Singer, filsuf kontemporer dari Australia menilai kata etika dan moralitas sama artinya, karena itu dalam buku-bukunya ia menggunakan keduanya secara tertukar-tukar.

Etika mempunyai tujuan menunjukan menerangkan kebaikan atau kejatahan. Etika politik dengan demikian, memiliki tujuan menjelaskan mana tingkah laku politik yang baik dan sebaliknya. Apa standar baik? Apakah menurut agama tertentu? Tentu saja tidak. Standar baik dalam konteks politik adalah bagaimana politik diarahkan untuk memajukan kepentingan umum. Jadi kalau politik sudah mengarah pada kepentingan pribadi dan golongan tertentu, itu etika politik yang buruk. Sayangnya, itulah yang terjadi di negeri ini .
 Ada quote menarik dari guru di sekolah gw: "hasil dari pendidikan sekarang bisa dilihat 10 tahun lagi. hasil pendidikan 10 tahun lalu bisa dilihat hari ini"
menurut gw ini penyebab pemimpin kita (dan negara kita sekarang) patut menyandang gelar BOBROK.
dr mulai NKRI merdeka, anggaran pendidikan tidak pernah mencapai 20% dr APBN. dimana negara2 maju melakukan hal itu. alhasil para pemimpin kita hampir tidak pernah berfikir, bertindak, memutuskan dengan bijaksana, karena semakin terdidik seseorang semakin berfikir jauh dan luas pandangannya akan dunia. begitu juga sebaliknya. dan utk bisa memutuskan hal dengan bijaksana, butuh pertimbangan dan pemikiran yang sangat matang .
Sebagai salah satu pemikiran pemimpin kita sekarang ini adalah cerminan dari pendidikan di masa lalu, tetapi ya, kalau tidak salah banyak dari para pemimpin negeri ini yang sudah mengenyam pendidikan sampai ke luar negeri, dan pendidikan lainnya dari pemerintah (yang tentu saja menelan biaya yg tidak sedikit) sedikit banyak bisa disimpulkan bahwa TERNYATA tidak sepenuhnya pendidikan itu berpengaruh terhadap moral para pemimpin, tetapi rasa tanggung jawab moral para pemimpin kita yang kurang terhadap jabatan dan tanggung jawab yang diembannya. seiring dengan waktu, seharusnya, kita sebagai manusia yang berakal dan berbudi, tentunya dapat berpikir, apa yang baik, apa yang sesuai, semua dipikirkan dan dipertimbangkan dengan bijak. karena, kita sebagai manusia diberikan berkah berupa akal, budi, dan pikiran, hal- hal yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup yang lain. dengan adanya berkah yang tidak biasa itu, sudah sehrusnya manusia dapat berpikir dengan bijak, apalagi bagi kebaikkan orang banyak, tidak hanya diri sendiri.
..  ^_^ ..
Etika/ Adab yang diajarkan dalam setiap agama pada dasarnya sama, semuanya mengenai etika untuk berhubungan baik dan damai dengan sesama makhluk hidup di bumi. Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal dan beradab pun sudah kodratnya untuk menjaga keselarasan kehidupan yang ada. Sebagai pemimpin, wakil, dan rakyat yang beradab, tentu saja kita mempunyai etika dalam menghadapi berbagai macam hal.

Dengan adanya isu terorisme, berita- berita yang disiarkan media seperti tidak menggambarkan etika dalam agama Islam. Isu terorisme yang selalu dikaitkan dengan penyelewengan dalam Islam. Media telah menebar terror sendiri, dan menyampaikan berita yang kadang berlebihan, padahal media sendiri pun sebenarnya mempunyai aturan, dan lagi- lagi etika dalam menyebarkan informasi ke massa. Memang susah jika semuanya sudah dilandasi oleh adanya kepentingan politis. Baik teroris maupun media mempunyai tanggung jawab masing- masing terhadap munculnya kekhawatiran dan ketakutan masyarakat dunia. Terlihat bahwa keadaan dunia cukup kacau karena hanya mementingkan kelompok tertentu ataupun kepentingan pribadi. Dan terlebih masing- masing kelompok memperjuangkan kepentingannya sendiri, sehingga keadaan semakin kacau. Masyarakat mulai menerapkan pemikiran yang berorientasi pada bagaimana mencari gampangnya saja.

'Power tends to corrupt and Ethics has no place in politics', merupakan kata-kata bijak ilmu politik yang ingin menunjukkan betapa mudahnya kita terperangkap pada kecenderungan berpolitik tanpa etika. Padahal, Indonesia mengajarkan kita banyak hal. Mulai dari Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, UUD ’45. Semua mengajarkan etika berpolitik yang membawa kepada kesejahteraan bangsa, jika diaplikasikan. menurut teman- teman bagaimana seharusnya etika itu diterapkan dalam kehidupan sehari- hari, berbangsa, bernegara, yang beradab! atas perhatiannya Terima Kasih :)